Berita
UIN SATU TULUNGAGUNG

IAIN TULUNGAGUNG GUNCANG DUNIA LITERASI PTKI

Pascasarjana Newsroom – Sejumlah enam ratusan peserta memadati auditorium lantai lima Gedung Pascasarjana IAIN Tulungagung pada hari Jumat (11/10) untuk mengikuti Launching dan Bedah Buku yang digelar oleh Pascasarjana IAIN Tulungagung.Tahun ini merupakan tahun paling produktif bagi dosen-dosen IAIN Tulungagung dalam menulis buku maupun jurnal. Tidak kurang dari sembilan buku karya Mujamil Qomar dibedah dalam acara ini. Guru besar bidang Pemikiran Islam IAIN Tulungagung ini melaunching sembilan buku karyanya yang terdiri dari buku berjudul “Studi Islam di Indonesia: Ragam Identitas dan Peta Pemikiran Islam Indonesia”, “Manajemen Pembelajaran Agama Islam”, “Islam Nusantara: Sebuah Model Pemikiran, Pemahaman dan Pengamalan Islam di Indonesia”, “Pendidikan Islam Transformatif”, “Pemikiran Islam Indonesia: Tradisi-Tradisi Kreatif dan Metodologis Intelektual Muslim Indonesia”, “Pengantar Kritik Epistemologi”, “Dinamika Pemikiran Islam Tradisional di Indonesia”, “Pendidikan Islam Prospektif”, dan “Deradikalisasi Keberagamaan Islam di Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri.

Tidak hanya itu, buku karya Kojin pun juga ikut dilaunching dan dibedah dalam acara ini. Ketua Program Studi Bahasa Arab Pascasarjana IAIN Tulungagung ini melaunching empat buku karyanya, yang terdiri dari buku “Telaah Tafsir Al-Muyassar Jilid IV”, “Telaah Tafsir Al-Muyassar Jilid V”, “Telaah Tafsir Al-Muyassar Jilid VI”, dan “Kosa Kata dalam Al-Qur’an”. Sebelumnya, ia telah merampungkan buku Telaah Tafsir Al-Muyassar mulai dari jilid satu sampai dengan tiga. Namun, empat buku itu saja yang dilaunching dalam kegiatan ini.

Kegiatan yang dibuka secara resmi oleh Abd. Aziz, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga ini disambut dengan penuh antusias oleh para peserta. Dalam sambutannya, ia menyampaikan “seiring dengan proses beralihnya status IAIN Tulungagung menjadi UIN Tulungagung, maka peningkatan kualitas SDM menjadi hal yang niscaya. Melalui produksi pengetahuan secara massive oleh para dosen IAIN Tulungagung, menunjukkan bahwa IAIN Tulungagung merupakan kampus yang siap beralih status menjadi UIN Tulungagung yang menahbiskan diri sebagai kampus literasi meski letaknya berada di pelosok desa”.

Hadir dalam kegiatan tersebut pimpinan dan crew dari Penerbit Intrans Publishing Malang yang menerbitkan buku-buku karya Kojin, dan juga PT. Citila Group Malang yang menerbitkan buku-buku karya Mujamil. Selain dari dua penerbit tersebut, beberapa buku karya Mujamil juga diterbitkan oleh penerbit internal IAIN Tulungagung, yakni IAIN Tulungagung Press.Penerbit juga mengadakan pameran dan penjualan buku karya dosen IAIN Tulungagung di ruang sisi timur auditorium Pascasarjana dan memberikan diskon spesial pada hari itu.

Dalam sambutannya, Akhyak selaku Direktur Pascasarjana IAIN Tulungagung memberikan apresiasi terhadap dua orang dosen Pascasarjana yang sangat produktif tersebut, “kalau perlu, beliau-beliau ini kita beri penghargaan sebagai penulis buku terbanyak di IAIN Tulungagung”, tuturnya. Guru Besar bidang Filsafat Pendidikan Islam ini juga tak kalah produktif dalam menulis. Tak kurang dari delapan tulisannya yang telah dipublish di Jurnal Internasional tahun ini. “IAIN Tulungagung saat ini mengalami ledakan literasi, dosen-dosen kita bahkan mahasiswa kita pun juga cukup produktif dalam menulis. Sebagai bentuk support dan apresiasi dari pimpinan adalah dengan memberikan bantuan penerbitan buku, pengurusan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), hingga memberikan mimbar akademik yang formal dalam bentuk Launching dan bedah buku seperti yang saat ini kita laksanakan”, tambahnya.

 Acara yang berlangsung mulai jam 13.00 WIB sampai dengan 16.30 WIB ini dipandu oleh Lailatuzz Zuhriyah selaku moderator dan panitia acara. Perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai Sekretaris Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam Pascasarjana IAIN Tulungagung ini menuturkan “sebenarnya konsep acara ini sangat sederhana, Prodi Magister PAI ingin mengadakan bedah buku rutinan dengan membedah buku dari para dosen yang mengajar di Magister PAI. Namun, keinginan ini kemudian disupport penuh oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Abad Badruzaman, dengan mengalokasikan anggaran untuk menyelenggarakan kegiatan dengan skala besar agar lebih banyak peserta yang menerima manfaat, khususnya mahasiswa”, tegasnya. “Untuk itu, Magister PAI kemudian menggandeng Magister PBA untuk bersama-sama menyelenggarakan kegiatan ini, semoga ini akan menjadi agenda rutin yang nantinya akan menumbuhkan semangat ilmiah di kalangan dosen dan mahasiswa”, tambahnya.

Dalam kegiatan bedah buku tersebut, Mujamil membedah salah satu karyanya yang bertajuk “Pemikiran Islam Indonesia: Tradisi-tradisi Kreatif dan Metodologis Intelektual Muslim Indonesia”. Mujamil mengatakan bahwa buku ini membedah tradisi-tradisi kreatif pemikir-pemikir Islam Indonesia yang berlangsung mulai tahun 1980 hingga 2014 yang cenderung berjalan terus hingga menemukan bentuknya yang makin sempurna. “Tradisi kreatif yang dibahas dalam buku ini dibatasi dalam tiga hal: pertama, tradisi kreatif dalam merumuskan konsep ijtihad; kedua, tradisi kreatif dalam mengembangkan ilmu keislaman (dan ini masih dibatasi lagi menjadi tiga bidang pengembangan ilmu Kalam/Teologi, ilmu Fiqh, dan Ilmu Tasawuf); ketiga, tradisi kreatif dalam memadukan Islam dan ilmu pengetahaun”, tuturnya.

Lebih jauh, Mujamil mengatakan bahwa berkaitan dengan konsep ijtihad, Mujamil mengharapkan agar ijtihad yang dilakukan tidak hanya sebatas pada ijtihad yang bersifat syariah, tapi lebih kepada ijtihad yang berkaitan dengan upaya pengembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. “Pintu ijtihad haruslah dibuka kembali jika umat Islam tidak ingin mengalami stagnasi, jangan hanya sekedar mempelajari dan melestarikan ilmu pengetahuan yang telah dirintis oleh ilmuan Muslim masa lalu”, tegasnya.

Berkaitan dengan pengembangan ilmu keislaman, ilmu kalam/teologi perlu dikembangkan.  Ada beberapa tawaran teologi yang bisa dikembangkan kata Mujamil, seperti: teologi rasional, teologi transformatif, teologi pluralisme, teologi kerukunan, teologi pembaruan, teologi dinamis, teologi sosial, teologi Islam kontemporer, teologi terapan, teologi kaum tertindas, teologi negatif, teologi politik islam, teologi ekonomi, teologi pendidikan, dan teologi pembacaan. Fiqh pun juga demikian, ada beberapa pengembangan fiqih di Indonesia, seperti: Fiqih lintas agama, fiqih lingkungan, fiqih perempuan, fiqih entertainment, fiqih kontekstual, dan beberapa fiqih lainnya. Tasawuf juga didesak untuk terus dikembangkan. Ada sembilan tawaran konsep tasawuf sepanjang yang diamati oleh Mujamil, yaitu: Tasawuf sosial, tasawuf positif, tasawuf perenial, tasawuf perkotaan, tasawuf falsafi, tasawuf irfani, tasawuf kontekstual, tasawuf Jawa, dan tasawuf Muhammadiyah.

Agus Zaenul Fitri sebagai pembanding dari Mujamil mengatakan bahwa sebenarnya riset ini masih bisa dikembangkan lagi dan tidak menutup kemungkinan untuk terus bergerak secara dinamis. “Pemikiran Islam Indoensia antara rentang tahun 1980 sampai dengan 2014 bisa jadi berbeda dengan tahun 2015 hingga saat ini”, tuturnya. Lebih jauh, Agus mengatakan bahwa selama zaman terus bergerak, maka selama itu pula ilmu keislaman juga akan terus mengalami dinamisasi. “Mungkin ke depan kita akan menemukan model teologi baru seperti teologi peradaban, teologi kedokteran, dan pengembangan-pengembangan ilmu lainnya karena menyesuaikan dengan konteks zaman”, imbuhnya.

Dalam bedah buku tersebut, Kojin mengungkapkan  bahwa penulisan buku ini dilatarbelakangi ketika ia mengikuti kegiatan short course di Mesir tahun 2009, ia mengunjungi salah satu toko buku dan menanyakan “kira-kira adakah buku yang sekiranya bisa membuat saya bisa dengan cepat dan mudah dalam memahami isi Al-Qur’an?”, tanyanya kepada salah seorang penjual kitab di Mesir. Akhirnya, penjual kitab menunjukkan dua buku, yakni buku Kalimat al-Qur’an karya Hasanain Mahluf  dan Tafsir Al-Muyassar karya A’idh Al-Qarni. Dua buku inilah yang memberinya inspirasi untuk menulis dua buku, yakni buku “Kosa Kata dalam Al-Qur’an” dan buku “Telaah Tafsir Al-Muyassar” yang telah diselesaikannya dalam enam jilid.

Kata Kojin, buku telaah Tafsir Al-Muyassar ini dikemas dengan bahasa yang sederhana, ringkas dan jelas sehingga dapat membantu pembaca memahami isi kandungan al-Qur’an dalam waktu yang relatif singkat. “Meski demikian, pembahasannya tetap berpijak pad konten ayat, sehingga tidak keluar dari pembahasan dan mudah untuk difahami”, tegasnya.

Melalui buku “Kosa Kata dalam Al-Qur’an”, Kojin mengatakan bahwa bahasa Al-Qur’an merupakan bahasa yang penuh dengan keindahan. “Tidak sedikit kata-kata dalam Al-Qur’an yang memiliki banyak makna, meski berasal dari kata yang sama”, tuturnya. Dalam buku tersebut, Kojin menjelaskan makna atau sedikit keterangan yang dianggap perlu pada lafazh-lafazh yang bertebaran dalam Al-Qur`an, yang memiliki perbedaan pemaknaan bergantung pada konteks ayat. “Insyaallah buku ini dapat membantu para pemerhati Al-Qur`an dalam memahami dan mengartikan ayat”, tegasnya. Selain itu, Kojin juga menuturkan bahwa ternyata beberapa kata dalam Al-Qur’an memiliki keterkaitan dengan bahasa Jawa. “Ada beberapa kata dalam Al-Qur’an yang ternyata juga ada dalam bahasa Jawa, meski pelafalannya agak berbeda, namun memiliki makna yang sama”, katanya, sembari menunjukkan beberapa contoh kata kepada audiens.

Abad Badruzaman sebagai pembanding dari pemaparan Kojin menuturkan bahwa sebenarnya buku “Telaah Tafsir Al-Muyassar” yang merupakan hasil penelaahan penulis atas Tafsir Al-Muyassar karangan ‘Aidh Al-Qarni ini sangat bagus karena membuat pembaca dengan mudah memahami isi kandungan ayat. Namun, dalam memahami isi kandungan ayat, sangat perlu untuk memberikan penjelasan yang berkaitan dengan asbabun nuzulnya agar pembaca lebih dapat memahami bagaimana konteks ayat tersebut. “Hal ini karena satu lafazh dalam Al-Qur’an memiliki makna lebih dari satu, oleh karena itu, untuk menentukan makna yang akan kita berikan dalam lafazh itu, perlu kiranya kita mengetahui asbabun nuzul ayat agar tidak salah memaknai”, imbuhnya.

Peserta kegiatan begitu antusias dalam mengikuti kegiatan ini, tujuh orang mengajukan pertanyaan kepada narasumber dan pembanding. Kegiatan diakhiri dengan pemberian door proize kepada seluruh penanya dalam sesi tanya jawab. Selain itu, door prize juga disediakan bagi peserta yang beruntung dengan mengundi nomor urut daftar hadirnya. (El-Zet)